Rabu, 13 Januari 2010

KONSEKUENSI SOSIAL TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Perkembangan Teknologi Komunikasi
Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 12
www.edwias.com edwias@yahoo.com
1
KONSEKUENSI SOSIAL TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Memang, teknologi komunikasi menjadi satu kekuatan yang bisa
mempengaruhi kekuatan sosial lainnya. Teknologi komunikasi memiliki
keterkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak
berlebihan kiranya bila ada orang yang mengatakan bahwa teknologi komunikasi
mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Bisa saja pemakaian teknologi komunikasi menguntungkan, misalnya
meningkatkan produktivitas, memperpendek waktu dan jarak. Tetapi, tidak
berarti tidak menimbulkan persoalan. Beberapa persoalan yang muncul
misalnya, jurang antara pihak yang kaya dan miskin informasi makin besar,
privacy jadi terganggu, orang jadi terpencil dari lingkungan sosial, informasi
tidak benar disusupkan melalui media interaktif dan batasan-batasan pekerjaan
yang lama tidak berlaku lagi.
A. Makna Konsekuensi Sosial Pemakaian Teknologi Komunikasi
Salah satu cara untuk melihat pengaruh teknologi komunikasi pada
kehidupan sosial adalah, melihat konsekuensi sosial pemakaian teknologi
komunikasi. Konsekuensi sosial dengan dampak sosial pemakaian teknologi
komunikasi memiliki makna yang berbeda. Konsekuensi sosial adalah akibat
sosial sebagai kelanjutan logis sebuah keadaan atau pemakaian dan sudah
disadari akan terjadi. Sedangkan dampak sosial adalah keadaan sosial sebagai
hasil sebuah perbenturan dua keadaan yang tidak disadari. Dengan demikian,
perbedaan konsekuensi sosial dan dampak sosial adalah pada unsur logis dan
kesadaran. Konsekuensi sosial mengandung unsur logis dan kesadaran,
sedangkan dampak sosial tidak mengandung unsur logis dan sadar.
B. Konsekuensi Sosial. Teknologi Komunikasi
Konsekuensi sosial teknologi komunikasi bisa dilihat pada perubahan
hubungan individu dengan individu, individu dengan komunitas, individu dengan
lembaga sosial (seperti kelurahan, kecamatan, kabupaten propinsi dan negara),
individu dengan media massa, komunitas dan media massa, komunitas dengan.
lembaga sosial, tentu saja setelah pemakaian teknologi komunikasi. Keinginan
untuk berubah tersebut, sesungguhnya, tidak pernah direncanakan oleh seorang
pemakai teknologi komunikasi. Hanya saja dia memperoleh makna dari
pengalamannya menggunakan teknologi komunikasi tersebut. Makna itu sendiri
kemudian direkonstruksikannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan
demikian, perubahan hubungan yang terjadi seolah-olah datang begitu saja.
Sehubungan dengan kenyataan di atas terdapat dua jenis konsekuensi sosial
teknologi komunikasi yang penting, yaitu:
1. Perubahan Hubungan Sosial
Jika hubungan antara dua komponen masyarakat berubah,
katakanlah antara seorang individu dan individu lain karena pemakaian
teknologi komunikasi, maka sudah terjadi konsekuensi sosial. Bisa saja
perubahan itu berawal dari sense dia mengenai orang lain. Tetapi, pada
saat seorang individu mulai memikirkan sensenya tentang orang lain,
menurut Steven G. Jones, sesungguhnya dia juga mernikirkan sense dia
tentang siapa dirinya, siapa dirinya di antara orang-orang lain dan ingin
menjadi apa dirinya (1998:2). Kalau sudah begini, perubahan hubungan
sosial tersebut berasal dari konstruksi seorang individu tentang, individu
lain.
Perkembangan Teknologi Komunikasi
Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 12
www.edwias.com edwias@yahoo.com
2
Kenyataan di atas akan menjadi sangat jelas bila dikaitkan dengan
pemakaian komputer dalam masyarakat. Seperti telah diketahui
komputer memiliki kedudukan sebagai pembentuk media baru. Media
baru, yang nota bene membutuhkan komputer tersebut, menjadi alat
untuk berkomunikasi. Tidak heran bila orang menyebutnya sebagai
Computer-Mediated Communication (CMC). CMC ini bisa meningkatkan
kemampuan seorang individu dalam mendengar dan melihat. Nah,
orang-orang yang memakai CMC inilah kelak yang membentuk
cybersociety. Tanpa CMC tidak mungkin ada cyhersociety.
Bila dalam masyarakat biasa setiap individu hidup bersama-sama
secara fisik dalam sebuah daerah tertentu, maka setiap individu di
dalam cybersociety tidak harus hidup dalam sebuah kawasan tertentu.
Bisa saja individu yang tergabung di dalamnya tidak pernah bertemu
secara fisik dan hidup di daerah yang berbeda-beda. Mereka
terhubungkan karena sama-sama menggunakan on-line communication.
Itulah sebabnya konstruksi sosial mereka tentang sebuah realitas tidak
dibentuk oleh jaringan para pemakai CMC, melainkan dalam jaringan itu
sendiri. Dengan demikian, di luar jaringan CMC, realitas itu tidak pernah
terbentuk.
Persoalan yang barangkali muncul adalah, apakah perubahan
hubungan sosial karena pemakaian teknologi komunikasi mengarah pada
kebaikan? Tidak mudah menjawabnya. Yang jelas, sebuah teknologi
komunikasi selalu memiliki efek samping (side effect). Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Stanford Institute for the Quantitive
Study of Society terhadap 4.000 pengguna internet menyebutkan bahwa
internet menyebabkan isolasi sosial (social isolation). Makin lama
seorang individu menggunakan internet, makin berkurang kontaknya
dengan lingkungan sosial (Suara Pembaruan, 2/9/01).
Pola hubungan menggunakan CMC antara pengirim dan penerima
pesan umumnya belum saling mengenal (unknown) apalagi dengan
penggunaan identitas singkat pada e-mail dan nick name pada fasilitas
IRc menyebabkan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi tertutup
tidak terbuka. Kecenderungan yang demikian menyebabkan interaksi
sosial yang terjadi tidak memiliki makna dan hanya bersifat maya atau
semu.
Konsekuensi sosial lainnya adalah melalui bantuan komputer bisa
melihat hasil ketikan di layar monitor sebelum dicetak (paperless)
sehingga lebih effisien dalam waktu dan tempat penyimpanan file.
Makanya dahulu banyak kursus mengetik, sekarang sudah jarang kita
temui kursus mengetik apalagi di kota-kota besar. Setelah dirasakan
dapat menggantikan cara konventional baru terlihat kelebihan lainnnya,
misal menggantikan sarana pengiriman surat dengan surat eletronik (email),
pencarian data melalui search engine, chatting, mendengarkan
musik, dan sebagainya. Fenomena ini menunjukkan bahwa disamping
efsiensi dalam penggunaannya adanya teknologi komunikasi baru
menyebabkan tingkat ketrgantungan pada orang lain semakin berkurang.
Adanya e-mail menyebabkan masyarakat tidak membutuhkan lagi tukang
pos apalagi Kantor Pos. Tidak perlu bertemu dengan pedagang
perangko, penjual amplop dan sebagainya.
Perkembangan Teknologi Komunikasi
Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 12
www.edwias.com edwias@yahoo.com
3
2. Transformasi Sosial.
Munculnya masyarakat informasi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(i) informasi menjadi senjata strategis; (ii) pemilihan. informasi menjadi
dasar konflik antara pernerintah dan pengusaha; (iii) informasi tidak lagi
gratis; (iv) semua informasi yang bernilai tinggi akan tersimpan dalam
bentuk digital; (v) pustaka akan dipenuhi oleh buku-buku pintar elektronik;
(vi) pustaka dunia akan muncul dalam bentuk informasi elektronik; (vii)
konsep manusia tentang privacy, security dan pemilikan berubah; (viii)
pertukaran informasi meruntuhkan batas-batas budaya dan wilayah; (ix)
konflik akan terjadi antara pemakai dan manajemen sistem informasi; dan
(x) orang-orang yang menjadi "spesialis informasi" akan menjadi sangat
berkuasa (Dalam Tanduklangi, 1993:127).
Tetapi, sebuah masyarakat tidak bisa disebut masyarakat informasi
kalau masyarakat tersebut tidak terbuka. Salah satu pendorong lahirnya
masyarakat terbuka adalah pemakaian teknologi komunikasi. Ini terasa
logis. Sebab, pemakaian teknologi komunikasi mempengaruhi struktur
masyarakat. Nilai vang dibawa oleh sebuah teknologi kornunikasi sanggup
menggoyahkan struktur masyarakat yang lama. Nilai egaliter misalnya,
menggusur struktur masyarakat yang tertutup. Kalau masyarakat masih
mempertahankan struktur masyarakat tertutup dengan adanya CMC
misalnya, itu sarna saja dengan menentang evolusi.
Wajah masyarakat dalam masyarakat terbuka ditandai oleh
keberadaan nilai-nilai heterogen. Akibatnya sifat pluralistik jadi menonjol.
Penonjolan sifat pluralistik ini menjadikan menuntut masyarakat mengubah
orientasinya. Tidak terlalu berlebihan bila ada orang yang berpendapat
bahwa kesadaran masyarakat untuk mengenal dirinya sendiri sangat penting
dalam rangka memakai sebuah teknologi komunikasi. Pilihan orientasi diri
ini menentukan seluruh sikap individu dalam memakai teknologi
komunikasi.
Bila masyarakat terbuka sudah terwujud, maka sesungguhnya ia bisa
memaksakan terbentuknya pemerintahan yang terbuka (open government)
pula. Pemerintahan yang terbuka sudah dianut oleh banyak negara
demokratis. la ditandai, paling tidak oleh: (i) seluruh kegiatan pemerintah
harus bisa diikuti dan dipantau oleh khalayak; (ii) informasi yang dikuasai
oleh pemerintah mudah diakses khalayak; dan (iii) proses pengambilan
keputusan terbuka bagi keterlibatan khalayak (Santosa 2001:41). Dengan
dekian, tiga parameter utama pengelolaan negara yang baik
(Gooodoovernance), seperti akuntabilitas, transparansi dan partisipasi
dipenuhi oleh pemerintahan yang terbuka. Goodgovernance sendiri
sekarang sudah menjadi salah satu ukuran eksistensi sebuah negara.
Transformasi sosial lainnya adalah terdapatnya orientasi kerja manusia
yang semula pada otot berubah berorientasi pada otak, sehingga perbedaan
gender dalam kerja semakin sempit. Pergeseran pola hidup secara umum.
Pola hidup manusia akan sangat tergantung kepada komputer yang
menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam hidup
manusia. Dampak ini akan terus berlanjut hingga produk-produk yang
dikelola komputer menjadi produk yang cerdas ( smart product ).
Perkembangan Teknologi Komunikasi
Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 12
www.edwias.com edwias@yahoo.com
4
KONSEKUENSI KULTURAL TEKNOLOGI KOMUNIKASI
A. Makna Konsekuensi Kultural Teknologi Komunikasi
Untuk memahami makna konsekuensi kultural teknologi komunikasi, perlu
diungkap pengertian cultural lebih dulu. Kultural berasal dari kata cultural, yang
dalam Bahasa Inggris berarti having to do with culture (berkaitan dengan budaya).
Jadi, tidak berlebihan bila kultural diartikan sebagai kebudayaan. Atas dasar
pemikiran di atas, konsekuensi cultural pemakaian teknologi komunikasi dilihat pada
karakter yang dimiliki lembaga sosial, sistem pengetahuan, perilaku keseharian
individu dan komunitas, sistern nilai dan norma dalam masyarakat berubah, sebagai
kelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, maka sudah terjadi konsekuensi
kultural. Sebaliknya, bila karakter lembaga sosial, sistem pengetahuan, perilaku
keseharian individu dan komunitas, sistem nilai dan norma dalam masyarakat,
sebagai kelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, tidak berubah; maka tidak
ada konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi.
B. Konsekuensi Kultural. Pernakaian Teknologi Komunikasi
Bila kita menengok kenyataan, misalnya pada perilaku orang-orang yang suka
mengakses internet, temyata mereka sadar bahwa kadang-kadang mereka
"berurusan" dengan apa yang disebut realitas maya (virtual reality). Realitas maya
sendiri, seperti ditulis Mark Slouka, merujuk pada lingkungan yang "menyelubungi"
atau "menghidupkan secara sensual", yang dimasuki individu dengan cara
menghubungkan dirinya ke komputer (1999:38). Dengan kata lain, orang-orang yang
suka mengakses internet sadar bahwa komputer menciptakan ilusi untuk mereka.
Tetapi, tidak banyak yang bisa membedakan ilusi tersebut dengan dunia nyata.
Akibatnya, mereka merasa senang menghadapinya.
Bisa saja tawaran yang diajukan dunia semu itu sejalan dengan kebutuhan
individu yang mengakses internet. Bisa saja tawaran dunia semu tersebut sesuai
dengan keinginan individu untuk menciptakan identitas baru buat dirinya. Yang jelas,
jaringan internet telah menawarkan bentuk komunitas baru, yaitu komunitas maya
(virtual community) Nah, dalam konteks komunitas semu ini, paling sedikit ada dua
konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi yang menonjol, yaitu:
1. Perubahan Sistem Nilai dan Norma
Jika diibaratkan sebagai pengembara, maka orang-orang yang mengakses
internet akan banyak melakukan perjalanan, banyak melihat dan tentu saja
banyak memperoleh informasi. Semua pengalarnan itu, tentu saja akan mengubah
pandangan mereka tentang diri mereka sendiri serta nilai dan norma yang selama
ini mereka anut. Bukan mustahil mereka lantas mengadopsi nilai-nilai
profesionalisme yang mengutamakan prinsip kepakaran, otoritas, otonomi,
autensitas dan integritas. Bukan mustahil pula mereka tidak menyukai lagi
solidaritas komunal. Kalau ini yang terjadi, sesungguhnya perubahan sistem nilai
itu baik untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Artinya, nilai-nilai yang
diadopsi adalah nilai yang bermanfaat untuk membangun kebudayaan industrial.
Tetapi bukan mustahil yang terjadi adalah, orang-orang yang mengakses
internet tidak peduli lagi dengan tatanan moral, sistem nilai dan norma yang
telah disepakati berpuluh-puluh tahun. Mereka hanyut dalam pengembaraan
mereka dan menabrak apa saja yang mereka anggap menghambat tujuan mereka.
Mereka merasa tidak peduli lagi dengan segala aturan yang ada.
Bila melihat kenyataan di negara-negara maju, kita tentu mengerti bahwa
perubahan yang terjadi pada orang-orang yang mengakses internet adalah
perubahan moral dan kemanusiaan. Orang tidak peduli lagi dengan moral yangselama ini dijunjung tinggi. Orang juga tidak peduli dengan nilai kemanusiaan
orang lain. Sudah begitu, orang lebih percaya pada isu daripada informasi, lebih
percaya pada rumor ketimbang kebenaran. Pergeseran nilai yang nampak ekstrim
adalah kemudahan pengguna untuk menjelajahi situs-situs porno atau situs-situs
cabul yang banyak bertebaran di internet dan bebas sensor karena internet
dianggap tidak memiliki aturan dan kejelasan hukum dalam penggunaannya.
Selain itu muncul kejahatan menggunakan internet yang disebut dengan
“carding” berupa pembobolan kartu kredit milik orang lain. Ini disebabkan karena
keamanan dalam internet saat ini masih belum sempurna khususnya berkaitan
dengan subscribe pendaftaran diri pada suatu situs
2. Penyerahan sebagian otoritas diri pada teknologi komunikasi
Bila dicermati maka orang-orang yang mengakses teknologi komunikasi
informasi akan meluangkan waktu yang banyak dan biaya yang mahal untuk
mencari informasi yang dibutuhkan. Meski telah terpuaskan oleh informasi yang
didapat kecenderungannya orang-orang tersebut akan terus mencari dan mencari
informasi memalui internet. Disinilah kondisi penyerahan diri pada teknologi
terjadi akibanya Keasyikan dalam menggunakan internet menjadikan semacam
kecanduan yang mau tidak mau membawa ke arah pengeluaran keuangan yang
lebih.
Selain itu penggunaan internet memunculkan trend centre gaya hidup dengan
penambahan pengetahuan dari media internet Orang tidak dianggap eksis bila
tidak memiliki e-mail atau bergabung dalam komunitas virtual seperti friendster
atau blogger. Lembaga tidak dianggap eksis bila tidak memiliki website atau situs
resmi.
2. Kolonialisasi
Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari negara
maju ke negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini
menyebabkan masyarakat negara tertentu lebih banyak mengkonsumsi informasi
dari negara yang rich informations (maju). Sehingga memungkinkan munculnya
kolonialisasi> Kolonialisasi disini bukannya taktik imperialisme dalam penaklukan
negara lain melalui akuisisi tanah dan wilayah namun berupa penjajahan melalui
arus informasi.
Perkembangan Teknologi Komunikasi
Edwi Arief Sosiawan, M.Si Kuliah 12
www.edwias.com edwias@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar