Jumat, 19 Agustus 2011

BIOSFER



Adalah kumpulan vegetasi yang secara alami hidup dan menyesuaikan terhadap pasang surut air laut.
Syarat Tumbuh Mangrove:
1. Ada lumpur ( Sedimentasi )
2. Kemiringan Lahan Landai
3. Ombak laut tenang ( Muara, sungai , teluk )
4. Terjadi Pasang surut air laut.
Sifat Mangrove:
1. Tahan genangan air laut ( Halofit )
2. Seluruh tubuh terdapat pori ekskresi garam.
3. Anatomi akar napas sebagai penopang.
4. Buah Mudah Kecambah.
Fungsi Hutan Mangrove :
1. Bioekologis : Unsur vital sebagai penyeimbang ekosistem.
2. Konservasi : Sebagai perlindungan untuk daerah pantai
3. Sosek : Hasil non hayati dpt dinikmati, panorama keindahan.
Manfaat Hutan Mangrove :
1. Manfaat Langsung : Kayu, Serat, Tanin
2. Manfaat tak Langsung : Jasa dari fungsi mangrove
3. Makanan ikan
4. Pemijahan dan pembesaran anak ikan.
5. Habitat unggas laut.
6. Perlindungan : Abrasi,sbg tabir angin,redam ombak,penahan intrusi,lokalisir sedimen.
7. Estetika : Sebagai sarana Wisata Pantai.
Kebijakan teknis perlunya Rehabilitasi Hutan Mangrove di Indonesia melalui GERHAN ( Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan ) adalah luas kawasan Mangrove di Indonesia 8,6 Juta hektar terdiri dari :
3,8 juta hektar dalam kawasan hutan —Yang rusak 1,7 juta hektar.
4,8 juta hektar Diluar kawasan hutan—-Yang rusak 4,2 juta hektar.
Dari sinilah perlunya terus menerus diadakan rehabilitasi hutan mangrove untuk memulihkan fungsi hutan mangrove dalam menjaga ekosisitem dan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat sekitar pantai.
Macam –macam jenis Tanaman Mangrove
1. RHIZOPHORA MUCRONATA ( Bakau )
2. RHIZOPHORA STYLOSA ( Tongke Besar )
3. RHIZOPHORA APICULATA ( Tinjang )
4. BRUGUIERA PARVILOFA ( Bius )
5. BRUGUIERA SEXANGULA ( Tancang )
6. BRUGUIERA GYMNORHIZA ( Tinjang Merah )
7. SONNERATIA ALBA ( Pedada Bogem )
8. SONNERATIA CASEOLATIS ( Padada )
9. XYLOCARPUS GRANATUM ( Nyirih )
10. HERITIERA LITTORALIS ( Bayur Laut )
11. LUMNITZERA RACEMORA (Tarumtum )
12. CARBERA MANGHAS ( Bintaro )
13. NYPA FRUTICANS ( Nipah )
14. AVICENIA SPP ( Api-api )

Upaya-Upaya Pelestarian Flora dan Fauna
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat hidupnya dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri, dan sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dinyatakan sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna ini maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Ditetapkan tempat perlindungan bagi flora dan fauna agar perkembangbiakannya tidak terganggu. Tempat-tempat perlindungan ini berupa cagar alam bagi flora dan suaka margasatwa bagi fauna.
b. Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran bagi hewan-hewan tertentu, seperti:
• Pusat rehabilitasi orang utan di Bohorok dan Tanjung Putting di Sumatera.
• Daerah hutan Wanariset Samboja di Kutai, Kalimantan Timur.
• Pusat rehabilitasi babi rusa dan anoa di Sulawesi.
c. Pembangunan yang berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus memperhatikan keseimbangan yang sehat antara manusia dengan lingkungannya.
d. Menetapkan beberapa jenis binatang yang perlu dilindungi seperti: Soa-soa (biawak), Komodo, Landak Semut Irian, Kanguru Pohon, Bekantan, Orang Utan (Mawas), Kelinci liar, bajing terbang, bajing tanah, Siamang, macan Kumbang, beruang madu, macan dahan kuwuk, Pesut, ikan Duyung, gajah, tapir, badak, anoa, menjangan, banteng, kambing hutan, Sarudung, owa, Sing Puar, Peusing.
e. Melakukan usaha pelestarian hutan, antara lain:
• mencegah pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar.
• perbaikan kondisi lingkungan hutan.
• menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang.
• sistem tebang pilih.
f. Melakukan usaha pelestarian hewan, antara lain:
• melindungi hewan dari perburuan dan pembunuhan liar.
• mengembalikan hewan piaraan ke kawasan habitatnya.
• mengawasi pengeluaran hewan ke luar negeri.
g. Melakukan usaha pelestarian biota perairan, antara lain:
• mencegah perusakan wilayah perairan.
• melarang cara-cara penangkapan yang dapat mematikan ikan dan biota lainnya, misalnya dengan bahan peledak.
• melindungi anak ikan dari gangguan dan penangkapan.

TERUMBU KARANG
Karang adalah sekumpulan hewan kecil yang hidup bersimbiosis dengan tumbuhan alga (zooxanthellae). Terbentuk dari senyawa kalsium karbonat berbentuk seperti cawan disebut polip. Jutaan polip tersebut kemudian mengendap dan membentuk endapan massif batu kapur (limestone). Sehingga konstruksi batu kapur ini menjadi pondasi utama ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang menjadi ekosistem bagi sejumlah biota laut yang menghasilkan kapur, seperti alga berkapur, moluska, porifera, plankton, dan lain sebagainya. Terumbu karang banyak tersebar di daerah tropis dan subtropics, terutama di dekat garis khatulistiwa. Ekosistem hanya mampu tumbuh di perairan laut dangkal pada kedalaman 18-29m dengan suhu 21-29C. Selain itu cahaya matahari menjadi sumber kehidupan utama bagi alga untuk berfotosintesis. Hewan-hewan yang hidup disini juga membutuhkan salinitas yang tinggi serta air bersih untuk dapat bertahan hidup.

Jenis-Jenis Terumbu Karang
Terumbu karang dapat dibedakan kedalam 4 jenis :
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar , bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)


Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan).


4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

Penyebaran Terumbu Karang
Teumbu karang tersebar di 109 negara tropis dengan luas mencapai 600.000km2. Terumbu karang banyak dijumpai di daerah yang dilewati arus hangat, seperti Florida dan Jepang. Sebanyak 60% terumbu tersebar di Samudra Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia dan 1% di Atlantik Utara.
Gambar Penyebaran Terumbu Karang di dunia:
Titik-titik berwanra merah menandakan adanya ekosistem terumbu karang, seperti di Teluk Meksiko, Laut Merah, dan Samudra Pasifik.
Gambar persebaran terumbu karang di Indonesia:
Titik-titik berwarna merah menunjukkan penyebaran terumbu karang di skitar perairan Indonesia, salah satu objek wisata laut terkenal yakni di Lombok dan Manado.

HUTAN BAKAU
Hutan bakau sering disebut sebagai hutan mangrove. Hutan ini banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis. Pohon bakau tumbuh di daerah tepi pantai (intertidal) dimana seringterjadi pasang surut air laut dan perairan dangkal, baik di sekitar teluk, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan bakau berfungsi sebagai pelindung dareah pinggir pantai dari terjangan langsung gelombang air laut. Akar tanaman bakau dapat menahan arus pasang gelombang, sehingga tidak terjadi abrasi pantai, dapat membentuk dataran baru, memberi perlindungan alami dari terpaan angin badai dan tsunami.
Tanah di hutan bakau berjenis histosol dimana tingkat salinitasnya tinggi dan unsur haranya sangat kurang. Tanah jenis ini terjadi akibat adanya pembusukan tidak sempurna dari karena selalu digenangi air. Berciri adanya lapisan lumpur dan sedimen halus dan berwarna cokelat tua.
Berdasarkan geomorfologinya, hutan mangrove dibedakan atas 6, yakni :

1. Overwash mangrove forest
Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di pulau ini yang sering dibanjiri dan dibilas oleh pasang, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 m.


2. Fringe mangrove forest
Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum adalah sekitar 10 m.



3. Riverine mangrove forest
Kelompok ini mungkin adalah hutan yang tinggi letaknya sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau, yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 m.


4. Basin mangrove forest
Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam rawa Karena tekanan runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan ke arah pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat mencapai tinggi 15 m.





5. Hammock forest
Biasanya serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya jarang lebih dari 5 m.



6. Scrub or dwarf forest
Jenis komunitas ini secara khas ditemukan di pinggiran yang rendah. Semua dari tiga jenis ditemukan tetapi jarang melebihi 1.5 m ( 4.9 kaki). Nutrient merupakan faktor pembatas.

Penyebaran Hutan Bakau
Hutan bakau banyak tersebar di wilayah tropis dan subtropics, khususnya di sekitar khatulistiwa. Di Indonesia sendiri hutan bakau tersebar luas di berbagai pulau dengan luas mencapai 8.6 juta ha. Luas hutan bakau di Indonesia merupakan yang terluas melebihi Brazil, Nigeria, dan Australia.
Hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan http://www.blogger.com/img/blank.gif/search?q=sma+muhammadiyah+tasikmalaya&form=MOZSBR&pc=MOZI">bakau Indonesia.
Di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan juga terdapat hutan bakau seluas 857 ha atau setara dengan 15 % jumlah hutan bakau di Indonesia. Wilayah pesisir pantai yang di tumbuhi mangrove terdapat di tiga kecamatan yaitu kecamatan Sinjai Utara, Kecamatan Sinjai Timur dan Kecamatan Tellulimpoe.