Mendobrak Paradigma Aktivis Tentang Kesejahteraan Rakyat.....
Indonesia adalah Negara yang gemah ripah loh jinawi kata orang. Sehingga saking suburnya sampai tongkat di tancapkan ke tanah dapat menghasilkan berupa ubi singkong. Itulah yang membuat orang jepang sangat iri dengan bangsa kita.
Tapi mengapa bangsa ini miskin?
Setelah berkelana ke alam nyata, melihat kehidupan nyata (tidak hanya dari buku dan berita) dengan menjajaki pulau seberang di negeri ini saya baru tahu, walaupun yang saya ketahui ini belum dibuktikan dengan ilmiah.
salah satu factor penyebabnya adalah “sumber kekayaan alam kita tidak di olah secara maksimal”. Tanah ini begitu luas tapi terlantar dan hanya ditumbuhi semak, coba kalau di tanam padi, kopi, tembakau, karet, kelapa sawit, tebu dan tanaman-tanaman lain yang menghasilkan daripada hanya semak yang tiada guna. Emas, batubara, timah kita didalam tanah Kalimantan, sulawesi banyak tapi tak di manfaatkan, gas alam kita kurang baik dalam pengelolaannya.
Setelah saya amati ada beberapa factor penyebab:
1. Pemerintah tidak punya modal untuk mengolah
2. Pemerintah takut membuat terobosan dalam pembukaan investasi besar-besaran yang terkontrol
3. Sikap aktivis/LSM yang mungkin masih kolot dan takut akan kesejahteraan rakyat bila di terobos melalui investasi sebagai solusi permodalan
Aktivis seharusnya sadar akan yang diperjuangkannya yaitu “kesejahteraan rakyat” tapi kadang saya pandang sekarang sering menjadi penghambat kesejahteraan rakyat dengan menghalangi investor masuk misalnya.
Ada beberapa aktivis yang sangat anti terhadap keprofesionalan diri, anti globalisasi dan telinganya panas apabila dibahas tentang investasi, pemanfaatan semak belukar, yang ada hanya apabila hutan gundul di reboisasi dan reboisasi dengan alasan penyelamatan bumi.
Padahal masyarakat pedalaman yang terisolir butuh akses jalan menuju ke kota, butuh pendidikan yang layak, membutuhkan kesehatan daan lain-lain. Pemerintah kita tak bisa diharapkan untuk melakukan hal itu karena APBN nya habis di korupsi dan menggaji PNS yang padahal kinerjanyapun masih dipertanyakann kontribusinya bagi Negara.
Mengatasnamakan gerakan social menghadang investasi karena di cap kapitalisme dan isu-isu lain yang bertujuan memprovokasi warga untuk menolak masuknya investasi seperti investasi Blok cepu, investasi nuklir jepara, investasi perkebunan tebu, kelapa sawit, karet dll. Hal tersebut secara tidak sadar akan membuat masyarakat miskin tetap miskin sedangkan yang kaya tetap kaya, uang hanya beredar di Jakarta sedangkan daerah tetap hidup miskin merana, terisolir dll.
Sebenarnya, gerakan social sangat perlu untuk mengimbangi kekuatan perusahaan dalam mencari keuntungan dan sebagai pembela masyarakat dalam mencapai kesejahteraan. Akan tetapi apabila gerakan tersebut kebablasan maka kepedihan masyarakat yang akan dihasilkan. Apalagi apabila gerakan social sudah di tunggangi kepentingan kelompok tertentu.
Aktivis bukan anti investasi, aktivis bukan anti ekonomi, aktivis bukan anti individu, aktivis bukan anti globalisasi, aktivis bukan yang telat lulus, aktivis bukan tunggangan kepentingan jahat tapi aktivis adalah seseorang yang aktif melibatkan diri dan mendorong masyarakat untuk lebih sejahtera, tidak tabu berbicara pengembangan ekonomi dan profesionalitas diri. Sehingga aktivis harus professional, ideal-realistis, cerdas dapat menjadi suri tauladan bagi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar