Dua hari terakhir saya menghadiri dua acara pernikahan sekaligus. Yang pertama adalah pernikahan salah seorang teman satu kelas, sedangkan satunya ialah pernikahan anak dari Ibu Kos. Dari acara tersebut membuat saya terinspirasi menulis tentang cinta.
Cinta, kata orang bijak, sulit dimengerti ketika masih muda. Ada cinta buta, ada cinta lokasi, cinta sejati, cinta nafsu sampai dengan cinta mati. Berbagai bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memahami apa itu cinta. Dari sebagian pandangan psikoanalisa, katanya, cinta itu adalah bentuk lain dari keberadaan nafsu hewani. Bagi sebagian ahli kimia, konon, cinta adalah proses percampuran berbagai unsur kimia yang ada dalam tubuh yang akhirnya sampai ke otak hingga dapat membuat mabuk kepayang seseorang. Dan kata sebagian psikolog, cinta adalah imaji lain dari diri manusia itu sendiri dsb…dsb…
Karena begitu luasnya pembahasan mengenai cinta, maka pembahasan saya sempitkan mengenai problematika cinta kaum muda serta lika-likunya. Atau dengan kata lain, cinta dilihat sebagai suatu pilihan manusia, entah itu dilakukan dengan penuh kesadaran ataupun dengan serampangan, yang mengakibatkan kedua anak manusia saling menjalin ikatan batin.
Untuk apologi, sebelumnya, perlu diakui bahwa disini penulis tidak memiliki kompetensi secara empirik atau spesialis ahli dalam bidang percintaan. Baik itu secara teoritis maupun praktis. Landasan pembicaraan kali ini murni spekulasi pandangan pribadi. Yang belum terbukti secara empirik dialami oleh penulis.
Runtuhnya Mitos
Ada lagu klasik---saya lupa judulnya---bahwa sejak dahulu kala, wanita selalu dijajah pria. Pandangan tersebut jelas mitos! bila diterapkan pada zaman sekarang. Nyatanya, banyak temen kita, yang menjadi korban bagi “keganasan” cinta para wanita. Setelah bertahun-tahun berkorban bangun pagi nganter kuliah, ngerjain tugas, nonton bareng, traktir tiap hari, beliin pulsa dan sebagainya, akhirnya harus berakhir dengan “tragis” ketika semester-semester akhir. Yang alasannya berbagai macam, ortu tidak menghendaki, sudah tidak sayang, si cowok belum “mapan”, sudah tidak cocok lagi lah, atau karena si cowok dicurigai mandul lah---kalau alasan ini jelas sangat mengada-ada.
Entah karena kebodohan si cowok, atau karena kebengisan si cewek. Banyak kisah heboh perjodohan di dunia kampus berakhir seperti angin lalu. Pada saat putus, kehebohannya tidak seheboh pada saat mereka jadian. Yang ada Cuma desas-desus ketidak pastian. Anehnya, yang lebih banyak “gigit jari” alias menjadi “korban” adalah si cowok.
Kasus diatas jelas sering terjadi pada hubungan antara cowok yang memiliki cewek dengan “nilai tawar tinggi”. Namun demikian, cerita terjadi berbalik arah bagi kasus cowok yang mempunyai pacar bukan “artis” atau cewek dengan “nilai tawar pas-pasan” alias cewek yang tidak/belum laku-laku. Si cowok biasanya “ditodong” ceweknya ataupun mertua untuk cepet-cepet nikah. Yah, ini yang repot. Bahkan sebagian sampai-sampai ada yang tidak berani lulus kuliah karena “takut” untuk dinikahkan.
Apa artinya kasus diatas?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar