Senin, 09 April 2012

Proses Pelapukan di Kulit Bumi

Proses Pelapukan di Kulit Bumi
Kerak bumi membungkus lapisan mantel yang memiliki ketebalan 2865 km. Bagian ini bersama kerak bumi membentuk lapisan yang disebut litosfer. Litosfer adalah bagian kulit bumi yang berada di bagian atas yang terdiri dari bebatuan. Proses-proses di litosfer yang berkaitan dengan pelapukan yaitu: Pelapukan: memecahkan batuan dan mungkin mengubah susunan kimia batuan padat atau di dekat permukaan bumi. Mass wasting: memindahkan material batuan yang sudah melapuk menuruni lereng di bawah pengaruh gravitasi. Erosi: mengangkut material batuan baik yang sudah melapuk ataupun belum melalui agen yang bergerak, seperti air, angin atau es. Pelapukan pada Kerak bumi adalah salah satu aktivitas yang disebabkan oleh tenaga dari luar (eksogen). Pelapukan yang terjadi yaitu: pelapukan mekanik. pelapukan kimiawi. pelapukan organik. Pelapukan mekanik
Pelapukan mekanik adalah proses pemecahan batuan besar menjadi batuan lebih kecil tanpa ada perubahan kimia pada mineral penyusunnya. Pelapukan mekanik dapat terjadi akibat dari air, angin, dan aktivitas makhluk hidup. Air sungai yang mengalir dari pegunungan menuju laut melalui lintasan bebatuan yang tidak teratur bentuknya dan adanya air terjun menunjukkan bahwa adanya pelapukan bebatuan yang disebabkan oleh pengikisan air. Gelombang air laut yang bertemu dengan daerah laut yang dangkal atau menabrak pantai dapat memindahkan kerikil dan pasir.
Pelapukan mekanik yang diakibatkan oleh aktivitas tumbuhan diantaranya masuknya akar tumbuhan ke dalam tanah melalui retakan-retakan batuan. Retakan batuan akan melebar seiring dengan membesarnya akar tumbuhan. Pelapukan batuan secara mekanik dapat juga diakibatkan oleh aktivitas binatang seperti musang, tikus, kelinci, dan binatang-binatang lain yang lebih kecil seperti kumbang yang membuat sarangnya di daerah bebatuan. Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi yaitu pelapukan yang terjadi akibat proses kimiawi pada molekul-molekul penyusun batuan tersebut. Zat-zat yang tertanam di dalam kerak bumi (litosfer) pada dasarnya bersifat stabil, tetapi batuan di lapisan paling luar yang bersinggungan dengan atmosfer secara kimiawi lebih tidak stabil. Atmosfer yang banyak mengandung oksigen dan lembab menyebabkan batuan lebih mudah mengalami perubahan atau pelapukan kimia.
Pelapukan terjadi pada batuan yang bersifat kimiawi, misalnya air hujan yang turun ke bumi mengandung zat kimia yang dapat bereaksi dengan zat kimia yang ada di batuan sehingga terjadi pelapukan. Proses pelapukan terjadi lebih cepat jika terjadi hujan asam jika dibanding dengan hujan biasa. Uap air yang menjadi hujan asam mengandung zat-zat asam (mengandung unsur Nitrogen dan Belerang), air hujan yang turun bersifat asam. Zat-zat asam (NO dan SO2) yang terbawa air hujan akan bereaksi secara kimia dengan zat-zat yang terkandung di dalam batuan lebih cepat. Pelapukan Organik
Pelapukan organik yaitu pelapukan yang diakibatkan oleh pengaruh zat organik atau makhluk hidup. Zat-zat organik tersebut misalnya berasal dari mikroorganisme, sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang membusuk. Jasad renik, lumut, jamur, cacing, dan siput termasuk yang dapat menyebabkan pelapukan organik. Pemanasan Global 1. Lapisan Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi, lapisan udara ini ikut bumi berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari. Ketinggian lapisan atmosfer kira-kira 1.100 km yang terdiri dari campuran gas-gas, debu, dan uap air. Gas-gas dalam udara:
Karena tebalnya (tingginya) atmosfer mengakibatkan penyebaran gas-gas dalam atmosfer dan suhunya tidak sama.
Atmosfer dapat dibagi menjadi beberapa lapisan. a. Troposfer Troposfer merupakan lapisan paling bawah mempunyai ketinggian sampai kira-kira 10 km, lapisan di daerah katulistiwa lebih tebal dari daerah kutub bumi. Peristiwa-peristiwa cuaca terjadi pada lapisan ini, selain itu hampir 80% seluruh atmosfer berada pada lapisan ini. Makin tinggi dari permukaan bumi suhu udara makin rendah, setiap kenaikan 1 km dari permukaan bumi suhu udara turun sekitar 6,5o C. b. Stratosfer Stratosfer yaitu lapisan udara di atas troposfer mempunyai ketinggian sekitar 10 km sampai 30 km. Pada lapisan ini makin ke atas suhunya makin naik. Pada lapisan stratosfer bagian atas terdapat lapisan gas yang dapat menyerap sinar ultraviolet dengan kuat yaitu lapisan ozon (O3). Karena itu ozon dikatakan perisai makhluk hidup dipermukaan bumi dari sinar ultraviolet. c. Mesosfer Lapisan di atas stratosfer adalah mesosfer, lapisan ini mempunyai ketinggian sekitar 30 km sampai 50 km. Pada lapisan ini makin ke atas suhu makin rendah, karena tidak ada gas yang dapat menahan radiasi sinar matahari suhu lapisan ini dapat mencapai -140o C. d. Termosfer Lapisan termosfer juga disebut lapisan panas, karena semakin ke atas suhunya semakin tinggi. Lapisan ini tingginya sekitar 50 km sampai 400 km. e. Ionosfer Lapisan ionosfer adalah lapisan yang banyak mengandung ion. Lapisan ionosfer terdapat di lapisan termosfer. Molekul-molekul nitrogen dan oksigen berubah menjadi ion setelah melepaskan elektron karena menyerap sinar matahari. Peristiwa ini disebut ionisasi. Ion positif setelah ditumbuk elektron bebas akan berubah menjadi atom netral lagi. Lapisan ionosfer dapat memantulkan gelombang radio, gelombang radio yang mudah dipantulkan ionosfer adalah yang berfrekuensi rendah yang sering dipakai untuk radio broad cast AM . Akibat pemantulan ini gelombang radio dapat mencapai jarak yang jauh di permukaan bumi. e. Eksosfer Eksosfer adalah lapisan atmosfer yang paling luar. Pada lapisan ini pengaruh gravitasi bumi sangat kecil sekali (hampir tidak ada pengaruh gravitasi bumi), berat udara sama dengan nol, dan tidak ada tekanan udara. Molekul-molekul pada lapisan eksosfer ini sangat mudah meninggalkan atmosfer menuju angkasa luar. 2. Proses Pemanasan Global Pemanasan global adalah gejala peningkatan suhu secara global di permukaan bumi. Pemanasan global ini terjadi karena efek rumah kaca dari gas rumah kaca. Pemanasan global juga disebabkan oleh lubang ozon (O3) yang berkaitan dengan pemakaian freon (Chlorofluorocarbon atau CFC). Sinar matahari berupa gelombang elektromagnetik menyimpan energi. Sinar matahari yang masuk mengenai bumi menyebabkan bumi menjadi panas. Sebagian energi panas tersebut oleh bumi dipantulkan kembali ke atmosfer sebagai gelombang panas, berupa sinar infra merah. Sinar infra merah yang dipancarkan bumi tidak mampu menembus atmosfer sampai ke angkasa luar, di dalam atmosfer sinar infra merah itu diserap oleh berbagai molekul gas sehingga suhu atmosfer naik. Kenaikan suhu atmosfer inilah yang disebut efek rumah kaca. Gas-gas dalam atmosfer yang menyerap gelombang panas disebut gas rumah kaca. 3. Pengaruh Pencemaran terhadap Udara Gas rumah kaca yang dominan adalah karbondioksida (CO2) yang berasal dari pernafasan, pembusukan, serta pembakaran bahan organik. Penggunaan minyak bumi, batu bara, dan gas sebagai bahan bakar mesin-mesin industri, alat rumah tangga dan mesin kendaraan bermotor yang semakin meningkat menghasilkan sisa pembakaran seperti karbon dioksida, asam nitrat, dan metana. Gas-gas tersebut akan terakumulasi di udara dan dikenal sebagai gas rumah kaca. Pemanasan global dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain: · perubahan iklim · kenaikan frekuensi dan intensitas badai. · pergeseran ekosistem. · menaikkan suhu permukaan laut. Daerah hutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan gas-gas rumah kaca di atmosfer, karena menyerap gas karbondioksida (CO2) dan menghasilkan gas oksigen (O2). Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Pembakaran zat organik dapat menghasilkan asap yang berdampak pada kesehatan. Asap hasil pembakaran industri (pabrik dan kendaraan) dan kebakaran hutan dapat menghasilkan asbut (asap dan kabut), jika asap bercampur dengan kabut. Asap dapat membuat iritasi mata, batuk, sesak napas, dan jarak pandang berkurang. Asbut dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan. Pada tahun 1952 di kota London pernah diselimuti asbut yang mengakibatkan 4.000 orang meninggal. Pada tahun 1970 asbut pernah menutupi kota Tokyo selama 5 hari yang mengakibatkan 8.000 orang terkena iritasi mata dan hidung. Pencemaran udara yang terjadi di kota–kota besar sudah mengkhawatirkan, khususnya sumber pencemaran udara yang berasal dari aktifitas manusia berupa industri dan transportasi. Sumber pencemaran udara yang berupa karbonmonoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), partikel kecil berdiameter kurang dari 10 mikrometer (PM10), logam berat dan debu dalam bentuk aerosol, jika keberadaanya di udara melebihi ambang batas normal akan berdampak negatif bagi lingkungan baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. karbonmonoksida (CO) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, antara lain: pembakaran gas, minyak, batu bara, dan kayu. Karbonmonoksida (CO) adalah gas: yang tidak berwarna tidak berasa tidak berbau tidak mengiritasi Gas ini berbahaya terhadap kesehatan manusia. Karbonmonoksida jika masuk ke dalam aliran darah melalui paru-paru akan bereaksi dengan hemoglobin yang ada dalam darah membentuk hemoglobin karbonmonoksida. Sehingga hemoglobin tidak bisa mengikat oksigen lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar