Jumat, 13 April 2012

KONSEP DASAR GEOGRAFI

Konsep – Konsep Dalam Studi Geografi Konsep Dasar Geografi KONSEP GEOGRAFI Banyak ahli geografi mengajarkan dan terus mencari konsep yang relevan atas kehidupan sehari-hari. Pengetahuan geografi ini penting untuk memahami apa saja yang kita kerjakan setiap hari atau pada saat-saat tertentu, dan bagaimana kegiatan rutin sehari-hari (seperti berangkat ke tempat kerja/sekolah) mempengaruhi lingkungan sekeliling kita (misalnya kemacetan, atau polusi udara yang memberi sumbangan pada pemanasan global). Penekanan ini membawa kegiatan sehari-hari pada konteks yang lebih besar - terutama konteks keruangan - sehingga meningkatkan kesadaran kita pada kegiatan dan kehidupan pribadi, dan konteks sosio-spatial mulai dari skala kecil (lingkungan tempat tinggal) sampai skala besar (global). Kita sering beranggapan bahwa kita tidak perlu mempelajari geografi karena toh kita sudah "tahu". Praktisi geografi yang naif menganggap "Geografi lebih banyak merupakan pengetahuan umum" - mereka bahkan menunjukkan bahwa pengetahuan geografi mereka yang naif adalah salah atau sangat tidak lengkap (lihat saja kuis-kuis yang banyak di televisi seperti "Kuis Siapa Berani" atau "Who Wants to be a Millionaire"). Banyak orang tidak ingin mempercayai bahwa mereka harus mengetahui konsep geografi seperti lokasi, pengenalan tempat, penghitungan jarak, persebaran dan konteks regional. Untuk menggambarkan kelemahan keadaan ini, penulis akan memberikan contoh yang menunjukkan bahwa ternyata masyarakat menerapkan geografi - bahkan jika mereka tidak tahu bahwa mereka melakukannya. Berikut adalah daftar kegiatan yang kita semua lakukan. Hal-hal berbau geografis yang anda lakukan : 1.Memilih di mana anda tinggal. 2.Memilih bagaimana atau lewat mana anda pergi ke tempat kerja. 3.Mencari di mana pasar, supermarket, pertokoan, dokter atau sekolah terdekat. 4.Memilih tempat berlibur dan bagaimana cara pergi ke sana. 5.Memahami perubahan lingkungan lokal dan global sehingga mempengaruhi jenis pakaian apa yang anda akan bawa/beli jika anda akan mengunjungi suatu tempat. 6.Pada sebuah perjalanan yang panjang dengan kendaraan sendiri, memperkirakan di mana kota yang cukup besar sehingga anda akan bisa mencari penginapan untuk beristirahat. 7.Mengetahui dimana restoran masakan etnis/negara tertentu berada dalam sebuah kota. 8.Mengetahui lokasi yang disebutkan pada siaran berita baik nasional maupun internasional. 9.Menyiapkan materi-materi yang dibutuhkan untuk pergi ke suatu tempat (nasional maupun internasional) misalnya untuk pekerjaan. 10.Berjalan-jalan di sekitar rumah dan kembali dengan selamat. 11.Mencari mobil anda di tempat parkir. 12.Berjalan di rumah anda dalam keadaan gelap - misalnya karena mati listrik - tanpa menabrak perabotan atau tembok. 13.Mencari jalan kembali ke hotel di kota yang baru pertama kali anda kunjungi. 14.Mencari di mana tempat rekreasi. 15.Memilih tim olahraga (sepakbola, basket) yang anda sukai. 16.Memilih koran yang akan anda beli. 17.Mengerti akan interaksi internasional dan aliran barang yang membuat barang konsumsi anda tetap segar di toko langganan anda. 18.Mengetahui apakah Padang lebih utara atau selatan dibandingkan Samarinda. 19.Mengerti mengapa sulit membangun rumah di tempat berlereng dengan tanah yang tidak stabil. 20.Bertanya-tanya kenapa orang tetap saja tinggal di tempat yang sering kebanjiran, kebakaran, gempa bumi, emisi listrik tegangan tinggi atau terkena polusi industri. Penulis mencoba menjabarkan beberapa konsep geografi dan konsep spatial dari daftar di atas menjadi sebagai berikut : 1.Masalah Lokasi : Di mana saya parkir ? Mungkin ini pertanyaan yang paling sering (dan menjengkelkan) dijumpai dan merupakan salah satu pengenalan lokasi - hal mendasar dalam geografi.Geografi adalah ilmu yang menekankan pada lokasi dan tempat. Mempelajari pola kota-kota di Jawa Tengah, perladangan di Kalimantan, pertambangan emas di Afrika Selatan atau sumber berjangkitnya penyakit di Jakarta secara esensi sama dengan mencari lokasi sekolah untuk anak anda, toko, tempat rekreasi, masjid, gereja, dan restoran. Kita menyerap informasi ini secara visual dari siaran berita televisi atau iklan, kita mendapatkan deskripsi tertulis dari koran, jurnal, majalah, kita mendengar lewat siaran radio, atau mungkin mendapatkan informasi itu dari teman, tetangga atau karena melihat langsung saat melewati tempat-tempat itu. Informasi yang kita serap tentang tempat dan lokasinya itu geografis - merujuk pada suatu tempat. Saat kita terlibat percakapan tentang suatu peristiwa yang sedang hangat, kita mengutip informasi yang diambil dari memori otak kita, atau yang sudah diolah dengan proses informasi spatial. Ini membutuhkan integrasi dari sejumlah informasi spatial yang berbeda sehingga memberikan pengertian yang lebih baik atas suatu masalah. Jadi, dimana anda parkir tadi ? Apakah dekat dengan tanda tertentu ? Apakah di blok atau lantai tertentu ? Apakah dekat dengan pintu masuk tempat parkir ? Apakah menghadap jalan atau menghadap gedung ? Apakah dekat atau jauh dengan pintu masuk gedung ? Dari mana anda masuk ke gedung tersebut ? Dari mana keluarnya ? Untuk menjawab pertanyaan ini melibatkan pencarian pada "mental map" yang sudah terbentuk dari pengalaman anda atau dari yang anda lihat. Dan apa yang lebih simbolis pada pemikiran geografis dari pada membuat (pada memori anda) dan menggunakan peta untuk memecahkan masalah lokasi anda ? Fakta sederhana ini mengubah dunia teknologi informasi. Informasi menjadi ber-"georeferensi" pada derajat yang terus meningkat: mempelajari sifat keruangan inilah yang merupakan jantung dari Ilmu Informasi Geografis, dan teknologi SIG/GIS menggunakan metafora geografis dan keruangan sebagai antarmuka dan mesin pencari atas data yang bisa diakses secara digital. 2.Meng-overlay sejumlah informasi : Mencari tempat untuk tinggal adalah hal yang diperlukan semua orang. Keterlibatan geografi menjadi sangat penting dalam hal ini. Di mana anda mencari ? Dalam konteks hubungan lokasional antara tempat tinggal dan tempat kerja, geograf mendapatkan bahwa kedekatan spatial ke tempat kerja sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, selebihnya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial dan hambatan lainnya. "Ketidakcocokan spatial" terjadi jika seseorang harus tinggal jauh dari tempat dia kerja - misalnya seseorang harus tinggal jauh dipinggir atau bahkan di luar kota karena tidak mampu menyewa atau membeli rumah yang dekat dengan tempat kerjanya. Bahkan keadilan sosial didasarkan atas konsep geografis dan informasi geografis. Di Amerika Serikat, jika kita ingin mencari tempat tinggal, agen dari perumahan akan bertindak sebagai perantara yang membantu memberikan beberapa alternatif (untuk disewa atau dibeli). Mereka mempelajari ekonomi, sosial, budaya, usia, pendapatan dan karakteristik keluarga calon pembeli dan mencocokkannya dengan kualitas rumah dan karakteristik lingkungan. Tetapi jika kita lihat lagi, ada sejumlah paradoks geografis yang menarik. Misalnya, harga tanah di sebagian besar daerah yang terletak di pusat kota sangat tinggi karena lokasinya dan kemudahannya mencapai daerah lainnya di kota tersebut. Tetapi ternyata bagian pusat kota lebih banyak dihuni oleh penduduk yang berpendapatan sedikit. Mereka rela tinggal di areal tempat tinggal yang sempit dan berdesak-desakan beberapa keluarga (pada suatu apartemen atau rumah). Paradoksnya - seperti dinyatakan oleh ilmuwan regional William Alonso sekitar lima puluh tahun yang lalu - adalah di banyak kota penduduk yang berpendapatan sedikit menempati daerah yang paling mahal dan terpaksa menggunakan sedikit tempat dengan basis perkapita, sehingga menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di bagian itu, sedangkan penduduk yang berpendapatan tinggi tinggal di daerah yang lebih murah ke arah pinggir kota tetapi lebih luas, sehingga kepadatan penduduk di daerah itu (pinggir kota) menjadi lebih rendah dibanding di pusat kota. Hasilnya adalah "gradien kepadatan" penduduk menurut jarak dari pusat kota dan satu dari generalisasi yang banyak digunakan oleh para geograf tentang fenomena distribusi spatial - bahwa kejadian dari banyak hubungan menunjukkan pengurangan menurut jarak atau penurunan frekuensi atas jarak dari pusatnya. Generalisasi ini juga berlaku pada frekuensi migrasi, panggilan/penggunaan telepon, dan banyak kegiatan lainnya. Hasilnya adalah kepadatan penduduk yang tinggi di bagian paling tengah kota dan kepadatan rendah di pinggir kota - fakta yang mudah diamati dari kehidupan sehari-hari tetapi kita tidak sadar bahwa itu termasuk geografi. Geograf atau ahli geografi, mencoba memahami lingkungan kota dan membakukan "pengetahuan umum" ini dengan membangun teori dan membuat kebijakan darinya. Dengan demikian, kejadian sehari-hari yang "kita semua tahu", tetapi membutuhkan pengetahuan yang formal untuk menyatakan dan mempengaruhi kebijakan kota, mencapai kelengkapan dengan menanyakan pertanyaan geografi sederhana - di mana orang tinggal dan mengapa di sana ? 3.Di mana saya ? Mengetahui di mana anda berada sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, tidak mengetahui di mana anda berada berarti anda tersesat. Seorang penglaju yang menggunakan KRL mungkin tidak akan begitu peduli di mana dia berada saat dalam perjalanan. Tetapi lupa akan sebuah penanda yang menjadi petunjuk lokasi secara absolut atau relatif di mana dia berada akan membuat perjalanannya menjadi kacau - misalnya terlewat atau mungkin belum sampai tetapi sudah turun - dan memaksa untuk mencari tahu lagi untuk mencapai tujuan. Contoh lainnya, mengetahui di mana anda berada, mencari arah ke tempat fasilitas umum, memilih aktivitas (misalnya, daerah/bank/toko mana yang harus dikunjungi), kegiatan sosial (misalnya, Apakah sekarang lebih dekat ke rumah teman atau ke bioskop ?), atau kegiatan lainnya baik sudah atau belum direncanakan yang bergantung pada pengetahuan anda atas lokasi anda berada. Konsep Esensial Geografi Berdasarkan adanya kesamaan dalam titik pandang kajian dan geografi, maka muncul konsep esensial. Konsep ini akan mengungkapkan dan memberikan gambaran corak abstrak dari suatu fenomena yang dikaji dalam suatu ilmu. Nah, di dalam geografi juga dikenal beberapa konsep esensial. Berikut beberapa di antaranya. 1. Menurut Whiple Whiple menyodorkan lima konsep yang harus selalu ditemukan keterkaitan setidaknya antara penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, dan proses terjadinya. Konsep tersebut yaitu: a. Bumi sebagai planet. b. Variasi cara hidup. c. Variasi wilayah alamiah. d. Makna wilayah bagi manusia. e. Arti penting lokasi dalam memahami peristiwa dunia. Sebagai contoh penerapan konsep esensial tersebut, dapat kita ambil satu contoh konsep variasi cara hidup. Konsep ini bisa digambarkan mulai dari adanya perbedaan bentang alam (terkait dengan variasi wilayah alamiah) berpengaruh pada proses terbentuknya suatu mata pencaharian. Kondisi ini menimbulkan penyebaran mata pencaharian yang secara langsung terkait dengan jumlah penduduk yang bekerja pada tiap mata pencaharian. Dari hubungan ini bisa digambarkan dinamika mata pencaharian. Itulah salah satu contoh penerapan konsep esensial dalam geografi. 2. Menurut J. Warman Konsep esensial yang diungkapkan oleh J. Warman adalah: a. Kewilayahan. b. Lapisan hidup atau biosfer. c. Manusia sebagai faktor ekologi dominan. d. Globalisme atau Bumi sebagai planet. e. Hubungan antarareal. f. Persamaan antarareal. g. Perbedaan antarareal. h. Keunikan areal. i. Persebaran areal. j. Lokasi relatif. k. Keunggulan komparatif. l. Perubahan yang kontinu. m. Sumber daya dibatasi secara budaya. n. Penyajian kenampakan permukaan Bumi pada bidang datar. Konsep ini dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai permasalahan dan fenomena geografi, sehingga memudahkan mengetahui sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah sehari-hari. Konsep esensial ilmu geografi mencakup konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, morfologi, aglomerasi, nilai kegunaan, pola, deferensiasi areal, interaksi, dan keterkaitan keruangan. 1. Konsep Lokasi Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok, konsep lokasi dibedakan menjadi dua, sebagai berikut. a. Lokasi Absolut Lokasi ini menunjukkan letak yang tetap terhadap sistem grid atau koordinat. Untuk menentukan lokasi ini, harus menggunakan letak secara astronomis, yaitu berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Letak absolut bersifat tetap dan tidak berubah. Contohnya adalah suatu titik berlokasi pada 3 °LS dan 130 °BT terdapat di Papua. Selama standar penghitungan astronomis masih digunakan, maka titik lokasi tersebut tidak akan berubah. b. Lokasi Relatif Lokasi relatif sering disebut dengan letak geografis. Lokasi relatif sifatnya berubah-ubah dan sangat berkaitan dengan keadaan sekitarnya. Contohnya adalah suatu daerah yang terpencil dan sangat jarang penduduknya, tetapi setelah bertahuntahun ternyata di daerah itu kaya akan tambang, sehingga menyebabkan daerah tersebut menjadi ramai penduduk. 2. Konsep Jarak Jarak berkaitan erat dengan lokasi, dan dinyatakan dengan ukuran jarak lurus di udara yang mudah diukur pada peta. Jarak dapat juga dinyatakan sebagai jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun dengan satuan biaya angkutan. Jarak sebagai pemisah antara dua tempat bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Jarak pada hakikatnya adalah pemisah antarwilayah atau tempat, tetapi pengertian pemisah sekarang ini berubah sejalan dengan kemajuan-kemajuan antara lain di bidang teknologi (khususnya sarana transportasi) dan komunikasi. Dengan berbagai teknologi transportasi (pesawat terbang dan kereta api express) dan teknologi komunikasi mutakhir (telepon seluler, mesin faksimili, dan internet) orang dapat dengan mudah dan cepat dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga dewasa ini jarak bukan merupakan suatu faktor pemisah atau penghambat dalam kehidupan manusia. 3. Konsep Keterjangkauan Keterjangkauan tidak selalu berhubungan dengan jarak. Keterjangkauan lebih berhubungan dengan kondisi medan yang berkaitan dengan sarana angkutan dan transportasi yang digunakan. Suatu tempat yang tidak memiliki jaringan transportasi dan komunikasi yang memadai maka dapat dikatakan daerah tersebut terisolasi atau terpencil. Ada beberapa penyebab suatu daerah mempunyai aksesibilitas atau keterjangkauan yang rendah, di antaranya kondisi topografi daerah tersebut yang bergunung, berhutan lebat, rawa-rawa, atau berupa gurun pasir. Keterjangkauan atau aksesibilitas suatu daerah yang masih rendah lamakelamaan akan berubah menjadi lebih baik seiring dengan perkembangan kema-juan perekonomian dan teknologi. Sebagai contoh kondisi fisik di wilayah Pulau Jawa yang relatif datar mempunyai aksesibilitas yang tinggi, dibandingkan dengan Pulau Irian (Papua) yang aksesibilitasnya rendah karena wilayahnya berupa pegunungan dengan lerengnya yang terjal. 4. Konsep Morfologi Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi. Melihat peristiwa tersebut ada wilayah yang berbentuk pulau, pegunungan, dataran, lereng, lembah, dan dataran aluvial. Morfologi dataran adalah perwujudan wilayah yang biasanya digunakan manusia sebagai tempat bermukim, untuk usaha pertanian, dan perekonomian. Pada umumnya, penduduk terpusat pada daerah-daerah lembah sungai besar dan tanah datar yang subur. Wilayah pegunungan dengan lereng terjal sangat jarang digunakan sebagai permukiman. 5. Konsep Aglomerasi Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan. Penduduk di perkotaan cenderung tinggal secara mengelompok pada tingkat sosial yang sejenis seperti permukiman elit atau mewah, permukiman khusus pedagang, kompleks perumahan pegawai negeri, atau permukiman kumuh. Di daerah pedesaan, pada umumnya penduduk mengelompok di daerah dataran yang subur. Salah satu keuntungan yang didapat dengan adanya aglomerasi (pemusatan) penduduk dengan tingkat kepadatan yang tinggi adalah dimungkinkannya suatu sistem ekonomi yang memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai daerah pemasaran atau pelayanan, namun meliputi wilayah yang sempit. Dari sini dimungkinkan suatu efisiensi yang tinggi dalam produksi pengangkutan barang maupun pengadaan sarana pelayanan umum. 6. Konsep Nilai Kegunaan Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu tidak sama, tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan. Misalnya, penduduk yang tinggal di daerah pegunungan, mereka menganggap daerah pegunungan tidak memiliki nilai kegunaan karena mereka berorientasi pada sumber-sumber pertanian di daerah dataran subur di bagian bawah (kaki gunung). Sebaliknya, penduduk kota menganggap pegunungan memiliki nilai kegunaan yang tinggi untuk rekreasi, karena suasana alami pegunungan dapat menghilangkan penat akan hiruk pikuk suasana perkotaan. 7. Konsep Pola Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi. Geografi juga berusaha memahami makna dari pola-pola tersebut serta berusaha untuk memanfaatkannya. Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, dan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi. Fenomena yang dipelajari adalah fenomena alami dan fenomena sosial. Fenomena alami seperti aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan. Fenomena sosial misalnya, persebaran penduduk, mata pencaharian, permukiman, dan lain-lain. Contoh Penerapan konsep pola di kawasan perkotaan yaitu, manusia membangun kawasan permukiman dengan pola sedemikain rupa agar memudahkan masyarakat mencapai tempat kerja, sekolah, pasar, sehingga mudah menciptakan kehidupan sehari-hari yang nyaman dan sejahtera. 8. Konsep Deferensiasi Areal Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam ataupun kehidupan. Hasil perpaduan ini akan menghasilkan ciri khas bagi suatu wilayah (region). Misalnya, wilayah pedesaan dengan corak khas area persawahan sangat berbeda dengan wilayah perkotaan yang terdiri atas area permukiman, pusat-pusat perdagangan dan terkonsentrasinya berbagai utilitas kehidupan. Wilayah pedesaan dan perkotaan ini secara bersama-sama dan terus-menerus mengalami perubahan dari waktu ke waktu (bersifat dinamis). Deferensiasai areal juga berakibat terjadinya interaksi penduduk antarwilayah, misalnya mobilisasi penduduk (transmigrasi, urbanisasi, imigrasi dan emigrasi), dan pertukaran barang dan jasa. 9. Konsep Interaksi/ Interdependensi Interaksi adalah kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber daya alamnya dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan tempat lain. Perbedaan tersebut mengakibatkan terjadinya interaksi dan interdependensi antarwilayah. Interaksi antara daerah pedesaan dan perkotaan sangat penting peranannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup di antara keduanya. Bentuk interaksi terse- but misalnya proses pengangkutan hasil pertanian dari desa ke kota, dan proses pengangkutan mesin pertanian dari kota ke desa. Interaksi juga terjadi antara kota yang satu dengan kota yang lain baik dalam bentuk pertukaran barang dan jasa, maupun perpindahan penduduk. Interaksi keruangan terjadi antara unsur atau fenomena setempat dengan fenomena alam ataupun kehidupan. 10. Konsep Keterkaitan Keruangan Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang. Fenomena yang dimaksud adalah fenomena alam dan fenomena kehidupan sosial. Contohnya adalah keterkaitan antara tingkat erosi dengan kesuburan tanah. Semakin besar tingkat erosi maka kesuburan tanah semakin berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar