Jumat, 14 Oktober 2011

bunuh diri secara sosiologis.

Emile durkheim berbicara mengenai bunuh diri atau yang dikenal dengan sucide.Perubahan-perubahan dalam tingkat integrasi dalam suatu masyarakat secara empiris dapat dinyatakan dalam satu manifestasi utama yang dianalisa durkheim secara intensif yakni perubahan dalam angka bunuh diri dilihatnya bukan sebagai fakta individual tetapi sebagai fakta social.Menurut Durkheim angka bunuh diri dalam tiap masyarakat yang dari tahun ke tahun cenderung relative konstan.

Penjelasan tentang bunuh diri bukan hal yang baru bagi durkheim,Pada saat itu ada dua pemikiran yang umum tentang penyebab bunuh diri,yaitu tafsir gangugan psikologi.bunuh diri dilihat sebagai gejala individual yang terjadi karena pelakunya menderita gangguan mental.

Menurut Durkheim tafsir psikologi ini susah untuk dipertanggung jawabkan kebenaranya karena tidak semua pelaku bunuh diri mengalami gangguan psikologi.Duekheim berpendapat adanya hubungan diantara kasus bunuh diri dengan ciri-ciri social pelakunya.Beberapa cirri tersebut yaitu jenis kelamin,agama,usia,dan asal Negara.

Singkatnya, bunuh diri itu bukan sekedar dampak dari faktor-faktor psikologis.Sebagaimana dengan tafsir psikologis, Durkheim juga menolak anggapan tafsir biologis yang menganggap adanya hubungan di antara kasus bunuh diri dengan ras dan asal-usul keturunan pelakunya. Hal ini didasarkan pada ketidakjelasan “ras” yang digunakan dan data-data statistic yang diperoleh Durkheim lebih merujuk pada factor non-biologis yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindak bunuh diri.

Hasil tafsir ekologis juga tidak memuaskan Durkheim, berdasarkan data statistic tidak terlihat adanya hubungan antara tingkat bunuh diri dengan variabel-variabel ekologis seperti iklim, suhu dan kelembaban udara baik di Eropa maupun tempat-tempat lain.

Durkheim menegaskan penolakannya terhadap anggapan tafsir ekologis ini dengan mengatakan bahwa walaupun tingkat bunuh diri meningkat pada bulan Januari hingga Juli, dimana pada bulan-bulan tersebut memang merupakan musim panas yang menyengat namun bukan karena panasnya sengatan matahari yang mengakibatkan banyak orang melakukan tindak bunuh diri mealainkan karena aktifitas manusia di musim panas lebih padat ketimbang musim lainnya yang menyebabkan timbulnya tekanan yang cukup hebat dalam diri manusia. Intinya, factor ekologis tersebut tidak mempengaruhi peningkatan bunuh diri namun lebih disebabkan oleh kondisi sosial.

Maka Durkheim pun menerangkan bunuh diri secara sosiologis.Namun,tidak semua proposisi dasar penjelasan yang ada disanggahnya, dalam batas-batas tertentu ada yang diterimanya, misal: ia mengakui bahwa bunuh diri bukan merupakan gejala yang lepas dari pengaruh gejala-gejala di luar gejala sosial. Menurutnya, walaupun bunuh diri merupakan keputusan individu namun tingkat bunuh diri tidak dapat dipandang sebagai tindakan individual. Bunuh diri merupakan gejala sosial dalam masyarakat dan juga sebuah fakta social.

Durkheim melakukan telaah sosiologisnya untuk mencari penyebab bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya, yaitu integrasi merupakan kuat tidaknya keterikatan individu dengan masyarakat.Dan yang kedua regulasi yakni merujuk pada tingkat paksaan eksternal yang dirasakan individu. Berdasarkan fakta regulasi ini.Pada Integrasi tipe bunuh diri ada dua yaitu bunuh diri egoistic dan altruistic,sedangkan berdasar regulasi juga ada dua tipe yakni anomic sucide dan fatalistic sucide.

B. Egoistic sucide

Bunuh diri egoistic ini karena rendahnya tingkat integrasi suatu kelompok sosial. Lemahnya integrasi ini menimbulkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat bukan pula bagian dari individu. Ringkasnya, kecenderungan bunuh diri beragam berdasarkan tingkat integrasi kelompok sosial tempat individu berada. Untuk sampai ke kesimpulan umum ini, Durkheim membandingkan tingkat bunuh diri yang terjadi dari tahun ke tahun di berbagai kelompok sosial: kelompok keagamaan, kelompok domestic (keluarga) dan masyarakat politik. Bunuh diri ini terjadi karena adanya suatu tekanan yang kuat pada seseorang atau kurangnya ikatan social yang cukup dengan kelompok social.

Dapat dikatakan hubungan seseorang dengan teman,kerabat,keluarga maupun dengan masyarakat disekitarnya mampu memeberikan peran dalam kehidupan seseorang. sikap seseorang tidak berintregrasi dengan groupnya, yaitu keluarganya, kelompok rekan-rekan, kumpulan agama, dan sebagainya. Hidupnya tidak terbuka terhadap orang lain, sehingga ketika di mendaptkan masalah, mak oranglain tidak ada yang bisa membantu. Karena disebabkan oleh rasa egoismenya yang tinggi, maka ketika dia tersudut dalam keadaan yang sulit, dia akan membunuh dirinya sendiri.

C. Bunuh diri Altruistik

Bunuh diri yang terjadi akibat dari integrasi sosial yang sangat kuat di dalam masyarakat.Tingkat integrasi yang kuat itu menekan individualitas ke suatu titik dimana individu dipandang tidak penting lagi dalam kedudukannya sebagai individu.Sehingga individu tertempatkan pada sisi untuk tunduk sepenuhnya kepada tuntutan kelompok.Keinginan individu berada pada posisi lebih rendah bila dibandingkan dengan keinginan kelompok.Jika tingkat solidaritas itu cukup tinggi ,individu mingkin biisa sebaliknya.Ia merasa puas dan bersedia mengorbankan diri untuk kebaikan kelompok yang lebih besar.

Menurut Durkheim, ada perbedaan mendasar diantara di antara bunuh diri altruistik dengan bunuh diri egoistik. Perbedaan penyebab membuat tipe bunuh diri ini berbeda dengan yang lain, dan emosi yang mengalir di satu tipe berbeda dengan yang lain. Pada tipe bunuh diri egoistik seseorang merasakan kejerihan yang tak terobati dan tekanan batin yang luar biasa. Bunuh diri, dalam hal ini, merupakan upaya melepaskan diri dari semua tekanan tersebut, lantaran sang pelaku tak mampu menemukan tempat untuk meringankan bebannya ini. Namun pada tipe altruistik, bunuh diri berasal dari harapan; kepercayaan bahwa ada sesuatu yang indah di balik kehidupan ini. Bunuh diri ini bahkan dilakukan dengan antusias dan dengan keyakinan akan mendapat kepuasan yang meluap-luap. Bunuh diri ini dilakukan dengan suatu semangat yang luar biasa.

D. Anomik sucide

Muncul dari pudarnya norma yang mtuk mengatur bagi tujuan dan aspirasi individu.Norma-norma pengatur itu biasanya menjamin bahwa keinginan individu dan aspirasinya pada umumnya berbanding dengan alat-alat yang tersedia atau sarana yang ada pada individu .Jika norma pengatur perilaku tidak berdaya lagi maka keinginan individu akan meledak diluar kemingkinan untuk mencapainya,akibatnya banyak keinginan individu yang tidak dapat dipenuhi lagi,dan hal itu akan mengakibatkan individu semakin frustasi secara terus menerus karena meningkatnya frustasi dari keinginan yang tidak dapat dipenuhi itu maka angka bunuh diri akan meningkat.

Kekuatan regulasi masyarakat terganggu dimana terjadi ketidakjelasan norma-norma yang mengatur cara berpikir, bertindak dan merasa para anggota masyarakat, gangguan itu mungkin membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya control terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak akan pernah puas terhadap kesenangan. Menurut Durkheim, suatu keadaan anomik dapat dilihat dari indikator ekonomi maupun domestik.

Analisa statistik Durkheim memperlihatkan bahwa krisis ekonomi membuat orang kehilangan arah.Dalam keadaan seperti ini,ungkap Durkheim mereka harus beradaptasi dengan kondisi yang menimpa mereka, kondisi yang sangat menyiksa mereka membayangkan penderitaan karena serba berkekurangan bahkan sebelum mereka mencoba kehidupan ini.Pertumbuhan kemakmuran yang mendadak dalam masyarakat juga memiliki dampak serupa terhadap peningkatan angka bunuh diri dalam masyarakat.Pertumbuhan ekonomi yang mendadak membuat tatanan moral sekonyong-konyong runtuh,sementara tatanan moral yang baru belum cukup rampung untuk menggantikan tatanan moral sebelumnya.

E.Fatalistik Sucide

Tipe bunuh diri ini tidak terlalu banyak dibahas oleh Dukheim. Kalau bunuh diri anomik terjadi dalam situasi di mana nilai dan norma yang berlaku di masyarakat melemah, namun sebaliknya bunuh diri fatalistik ini terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat, sehingga menyebabkan individu ataupun kelompok tertekan oleh nilai dan norma tersebut. Dukheim menggambarkan seseorang yang melakukan bunuh diri fatalistik seperti seseorang yang masa depanya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh nilai dan norma yang menindas.

F. Kasus Bunuh diri yang terjadi di kalangan artis-artis Korea

Pada saat ini jika kita melihat dilayar kaca telivisi,majalah,dan media cetak lainya banyak yang memberitakan kepopuleran artis dari korea,Sari hal yang terkecil hingga prestasi dan ketenaran yang didapat para artis-artis korea ini.Namun dari pemberitaan tentang prestasi,ketenaran dan gaya hidup artis korea tersebut ada hal yang tersembunyi yakni kasus bunuh diri yang marak terjadi di kalangan selebritis asal korea ini.Dibawah ini merupakan artikel mengenai artis korea yang bunuh diri.

Mengapa banyak artis Korea yang bunuh diri?

Banyak muncul pertanyaan mengapa banyak terjadi kasus artis korea yang melakukan bunuh diri.Dari data yang diperoleh sebanyak 20 % responden atau lebih memebeli racun atau alat bunuh diri.Indeks stress artis korea jiga tinggi yaitu 53,12 dari total nilai 100.Hal ini lebih tinggi dari wirausahawan yang mendapat poin 48,12 dan pekerja kantoran yang memperoleh 48,18.

Ada banyak hal yang menyebabkan artis korea yang bunuh diri mengalami depresi.Antara lain karena tuntutan pekerjan didunia artis yang begitu tinggi.Bahkan seorang artis menjalani latihan selama 10-12 jam setiap hari selama tujuh hari dalam satu minggu.Menejemen artis yang begitu ketat mengontrol hidup sang artis dalam pembentukan citra sang artis dan demi keuntungan pribadi sebuah agensi artis..

Misalnya dalam kasus bunuh diri Park Yong Ha karena melakukan bunuh diri menimbulkan sejumlah pertanyaan. Apa yang membuat aktor top Korea itu mengakhiri hidupnya secara mengenaskan? Kematian Park Yong Ha membuat sejumlah rekannya sesama artis sangat sedih dengan keputusan pria tersebut.Pasalnya, para teman-temannya itu melihat sebelum menghembuskan nafas terakhir tak ada keganjilan atau keanehan yang diperlihatkan Park Yong Ha. Tetapi, setelah diselidiki lebih lanjut, kabarnya Park Yong Ha putus asa menghadapi penyakit kanker perut yang diderita sang ayah. Ayahnya sudah cukup lama menderita penyakit serius tersebut.

Park Yong Ha sangat menyayangi ayahnya dan dia merasa bersalah atas penyakit yang diderita ayahnya tersebut. Dia sangat peduli dan selalu mengkhawatirkan ayahnya. “Setelah ayahnya dinyatakan sakit kanker, Park Yong Ha merawat ayahnya. Dia selalu mengkhawatirkan ayahnya” kata salah satu teman Park Yong Ha s. Demi sang ayah, aktor yang juga penyanyi ini rela istirahat sementara dari karirnya yang sedang cemerlang di dunia keartisan Korea. Dia memilih untuk tinggal di rumah dan merawat ayahnya yang sedang sakit.”Dia lebih fokus merawat ayahnya,” ucap temannya lagi.dan ada kasus artis bunuh diri yang lainya seperti kasus hutang yang membelit,kasus perceraian yang membuat depresi,bahkan hinaan para fans di internet pun menjadikan penyebab kasus bunuh diri pada artis Korea.

Secara social Korea juga memiliki masalah besar dalam unsur bunuh diri korea selatan menempati peringkat atas dalam masalah bunuh diri bahkan melampaui Jepang.Menurut kmentrian kesehatan Korea Selatan 24,3 dari 100.000 orang melakukan bunuh diri .Jika dirata-rata 35 orang bunuh diri tiap hari.( http://www.anneahira.com dipeoleh pada tanggal 18 Juni 2011)

G. Analisa kasus bunuh diri Artis Korea

Jika dilihat dalam teori yang dikemukakan Durkheim secara sosiologis,factor bunuh diri tersebut bukan berasal dari dalam diri individu melainkan dating dari eksternal atau dari luar individu.Kasus bunuh diri yang marak terjadi pada artis korea ini memunculkan sikap artis korea yang lebih merasa bahwa dirinya mampu menhadapi segala masalah yang ada dalam hidupnya seolah-olah baginya tidak ada yang mampu membantu menyelesaikan masalah hidupnya,Jika dilihat dalam jenis-jenis bunuh diri yang telah dikemukakan Durkheim Kasus bunuh diri pada artis korea ini termasuk kedalam jenis Egoistic sucide karena rendahnya tingkat integrasi individu dengan masyarakat.Integrasi seorang artis korea dengan teman,bahkan keluarga dianggap kurang.Karena mendapat tekanan pekerjaan yang terus menerus maka seorang artis kurang dalam berinteraksi dengan kerabat dan keluarga.

Dilihat dari kasus yang menimpa artis Park Yong Ha,banyak teman bahkan keluarga tidak mengetahui masalah yang dalami orang tersebut.Dihadapan keluarga dan temanya Ia berusaha bertingkah laku seperti tidak terjadi sesuatu.Disaat ia mengidap penyakit pun tidak ada yang mengetahui hal tersebut,dapat dikatakan hidupnya tidak terbuka dengan orang disekitarnya sehingga disaat ia mendapat masalah orang lain tidak ada yang dapat membantunya,disebabkan oleh rasa egoismenya yang tinggi,maka saat dia dalam titik terendah,dia akan membunuh dirinya sendiri.

Banyak kasus bunuh diri yang menggambarkan bahwa rendahnya hubungan seseorang dengan teman,keluarga.Baginya ia merasa bukan baguan dari mereka sehingga ia melakukan segala kebutuhan hidupnya dan mengahadapi segala masalahnya dangan usahanya sendiri sampai saat ia putus asa pun ia mngambil langkah bunh diri.


Daftar Pustaka


Nurhadi,Muflich.1998.Buku Pegangan Kuliah Teori Sosiologi Klasik.

Surakarta:Depdikbud Republik Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ritzer,George and Goodman,Douglas J.2004.Teori Sosiologi.

Bantul:Kreasi Wacana

Sunarto,Kamanto.2004.Pengantar Sosiologi(Edisi Revisi).

Jakarta:Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar